Terpikir di kepala untuk menulis sesuatu di akhir tahun ini. Setidaknya biar bisa diingat suatu saat apa yang pernah gue lakukan di penghujung tahun waktu umur 23. Ini sih tadi kepikiran pas habis makan sahur di luar, tapi bingung juga apa yang mau gue tulisin. Ide belum ada yang fresh, jadi terpaksa gue critain kejadian kemarin sore aja.
30 Desember 2012
Jadi gini ceritanya, selam lima tahun ini gue kos di wisma gemilang. Tapi zaman dulu dari penghuni pertama termasuk gue, nyebut kosan ini adalah fatcamp. Dimana fatcamp ini terdiri dari bocah-bocah yang terkumpul jadi satu dari berbagai macam daerah, dan kebanyakan mereka mempunyai kelebihan yang sama. Apakah itu kelebian mereka? yak! Berat badanlah kelebihan mereka, hahaha. Gue sih ngga termasuk, secara gue sixpack balok 6 di perut, itu sih pas gue mimpi dan samapai sekarang belum sadar. Kali ini gue kedatangan salah satu anggota fatcamp yang baru pulang kampung ke Boyolali. Dia adalah Agung Nur Fatoni, dengan kelebihan yang sama yaitu berat badan, selain itu dia juga masih punya kelebihan yang lain, yaitu ngga bisa makan nasi. Gue sampai bingung ini tuh termasuk kelebihan atau kekurangan sih. Mungkin banyak yang berpikir kalau ini kekurangan, itu karena kita berpikir kalau makanan pokok kita adalah nasi. Tapi coba kita lihat dari sisi lain, dimana dia ngga doyan nasi brati dalam artian dia membantu negara ini untuk menghemat beras, jadi bisa untuk orang yang lebih membutuhkan. hahaha ngaco dah. Jadi selama dia hidup itu makanan pokoknya adalah mie. Suatu saat mungkin bisa jadi brand ambassador mie tuh orang.
Jadi gini ceritanya, selam lima tahun ini gue kos di wisma gemilang. Tapi zaman dulu dari penghuni pertama termasuk gue, nyebut kosan ini adalah fatcamp. Dimana fatcamp ini terdiri dari bocah-bocah yang terkumpul jadi satu dari berbagai macam daerah, dan kebanyakan mereka mempunyai kelebihan yang sama. Apakah itu kelebian mereka? yak! Berat badanlah kelebihan mereka, hahaha. Gue sih ngga termasuk, secara gue sixpack balok 6 di perut, itu sih pas gue mimpi dan samapai sekarang belum sadar. Kali ini gue kedatangan salah satu anggota fatcamp yang baru pulang kampung ke Boyolali. Dia adalah Agung Nur Fatoni, dengan kelebihan yang sama yaitu berat badan, selain itu dia juga masih punya kelebihan yang lain, yaitu ngga bisa makan nasi. Gue sampai bingung ini tuh termasuk kelebihan atau kekurangan sih. Mungkin banyak yang berpikir kalau ini kekurangan, itu karena kita berpikir kalau makanan pokok kita adalah nasi. Tapi coba kita lihat dari sisi lain, dimana dia ngga doyan nasi brati dalam artian dia membantu negara ini untuk menghemat beras, jadi bisa untuk orang yang lebih membutuhkan. hahaha ngaco dah. Jadi selama dia hidup itu makanan pokoknya adalah mie. Suatu saat mungkin bisa jadi brand ambassador mie tuh orang.
Sore kemarin dia datang ke kosan waktu masih hujan. Dia hujan-hujanan sambil pakai mantel batman. Tak tau dia darimana sebenarnya, mana pakai helm dua brati kan tadinya sama orang juga. Pasti lagi usaha buat nyari pasangannya yang di solo. hehehe.
Habis itu kita bercrita-crita, ngobrol tentang rencana kita mau daki gunung tanggal 2 Januari besok. Singkat cerita setelah lama ngobrol dan anak-anak kosan mulai pada balik kosan maka berkumpulah semua di ruang tamu. Dan teringat untuk mengajak anggota fat camp yang berdomisili di Klaten untuk diajak untuk daki gunung besok. Dia adalah Reno Humantoro, lulusan D3 Bisnis International di UNS dan sekarang lanjut sekolah di Sekolah Tinggi Teknik di Jogja. Mase aka Master aka Toni pun menelepon dia, dan dengan basa-basi ngalor ngidul akhirnya mau ikutan juga. Semoga acara besok itu bakal jadi acara yang menarik dan tak terlupakan.
Malamnya kita mencari aksesoris untuk daki gunung di Palur. Di sana kita dapat jaket, slayer, kaos kaki, cover bag dan senter. Belanja langsung dadakan yang menghabiskan duit 300 ribu. Habis itu kita makan di burjo belakang kampus, Tiada Tara. Seperti biasa, pasti dia memesan mie, dan mi dog-dog pilihannya. Setelah lama menungu dan makan di sana sambil nonton bola, pulangnya mampir ke Tisanda rental cd dvd game software bajakan. Dalam pikirannya daripada beli 200 ribu di Jakarta, dia pun meminjam game COD di sini. Tapi sesampai di kos, game nya ngga bisa dicopy. Unlucky boy..
Pukul 23.00 Master memutuskan untuk pulang ke rumahnya, Boyolali. Dalam kemacetan perjalan pulang, dia nyempetin buat mampir buat beli batre senter yang akan kita gunakan buat daki gunung. Dia pun nelpon gue buat nanyain mau sekalian nitip atau ngga, dan gue jawab buat nitip sekalian. Dan sekitar setengah satuan dia baru sampai rumah lewat kabar bbm.
Ini adalah persiapan pertama baginya. Selain dia sudah meminjam barang-barang keperluan mendaki untuk nanti tanggal 2 Januari. Karena untuk sebuah tujuan kita harus mempunyai persiapan yang matang. Akhir dari usaha selain proses itu sendiri juga tergantung dari persiapan awal. Bisa dikata ini adalah niat. Genggam niat itu dan taruh dalam dada kita. Kalau ada saku masukin aja di saku kantong baju, capek genggam terus, ya kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar